In Ha pulang dan kakeknya memotong kue tar. Dia mengira kalau kakek dan ayahnya tidak melupakan hari ulangtahunnya. Namun rasa lega tidak dilupakan langsung hilang begitu saja saat ayahnya bertanya, “Hari ini ulang tahunmu?”
“benarkah?” tanya Gong Pil.
“Apa? Kalian lupa? Lalu kenapa kalian beli kue?” tanya In Ha dan sebelum ayah dan kakeknya menjawab, Dal Po masuk. Dal Po terkejut saat melihat kue tar yang sedang dipotong sangat mirip dengan kue tar yang dia beli sebelumnya dan dia berikan pada seorang nenek.
“Tadi, aku membantu seorang nenek yang tersesat. Aku tak meminta apapun untuk membalasnya, tapi dia memberiku kue ini sebagai ucapan terima kasih.” Ucap Dal Pyeong memberiahu In Ha asal dari kue tersebut. Mendengar itu In HA terlihat senang, karena itu adalah kebetulan yang menyenangkan. In HA hendak mengambil kue dengan tangannya, namun tangannya langsung ditangkap oleh ayahnya yang menyuruh In Ha mengambil kue dengan garpu.
“Aku sudah cuci tangan.” Ucap In Ha dan mengambil kue dengan tangan kirinya karena tangan kanannya masih ditangkap oleh ayahnya. “Sikap ayah aneh. Ayah selalu menganggap semuanya kotor dan jadi bersih sekali.”
Mendengar ucapan itu, Dal Pyeong langsung melihat ke arah Dal Po. Ya, perubahan sikap Dal Pyoeng yang ingin mengubah In Ha menjadi wanita cantik, semua itu karena Dal Po. Karena dia sudah berkata pada Dal Po kalau putrinya adalah gadis cantik yang anggun.
Gong Pil lalu menyuruh Dal Po ikut duduk dan makan kue bersama. Dal Po pun melakukannya. Sambil makan kue, In Ha berkata kalau kue strawberry adalah kesukaannya, dia menebak kalau nenek itu pasti seorang malaikat yang bisa dengan kebetulan memberika kue di hari ulangtahunnya. Karena keluarganya sendiri tidak ada yang ingat pada hari ulangtahunnya. In Ha berkata seperti itu sambil menatap tajam pada ayahnya. Hehehe... andai In Ha tahu, kalau kue itu sebenarnya Dal Po yang beli.
Di kamar, Dal Po melihat foto dirinya dan keluar Choi. Dia kemudian teringat pada kata2 In Ha yang ingin menghapus perasaannya karena mereka berdua adalah keluarga. Dal Po sepertinya tidak terima pada kata2 itu, karena dia sampai sekarang masih sangat menyukai In Ha dan tidak bisa menghapus perasaan walaupun dia sudah berusaha menghapusnya.
In Ha juga berada di kamarnya, dia sedang melakukan tegak lilin. Dia sedang memantapkan hatinya untuk menelpon ibunya. Setelah merasa yakin, In Ha langsung menelpon ibunya dan mengatakan kalau dia bersedia menerima tawaran ibunya.
Gong Joo mengatakan pada rekan kerjanya kalau posisi karyawan yang kosong karena karyawan itu berhenti, sekarang sudah digantikan oleh seseorang yang masuk melalui jalur koneksi. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam lift yang penuh dan sempit. DI dalam lift, Gong Joo masih membahas tentang karyawan baru yang masuk karena dibantu oleh Cha Ok dan Direktur Young. Ya, kita bisa menebak kalau karyawan yang dibantu oleh Cha Ok pastilah In hA dan yang dibantu oleh Direktur Young, sepertinya adalah Bum Jo. Tanpa Gong Joo sadari kalau karyawan yang sedang dia bicarakan ada di dalam lift juga.
“Memangnya ini terjun bebas? Apa mereka bisa begitu saja terjun? Jangan hentikan aku. Aku tak akan membiarkannya begitu saja. Aku akan protes nanti. Akan kutunjukkan pada mereka apa itu pemberontakan.” Ucap Gong Joo dengan yakin.
“Meskipun mereka lewat jalur koneksi, keduanya sudah berhasil lolos babak final di YGN. Mereka tampan dan cantik.” Ungkap rekan Gong Joo.
“Memang apa pentingnya visual bagi reporter? Memangnya mereka akan melapor, aku tampan? Dan dengan wajahmu tak akan menarik banyak berita.” Ucap Gong Joo kesal dan tepat disaat itu, pintu lift terbuka dan disana sudah ada Cha Ok dan Direktur Young.
Seperti pekerja yang lainnya, setiap melihat atasannya pasti mereka langsung menunduk dan itulah yang dilakukan GongJoo dan rekannya. Bahkan Gong Joo melupakan tentang niatnya untuk protes. Melihat orang yang harus mereka temui ada di luar, maka In Ha dan Bum Jo langsung menerobos keluar untuk bertemu dengan mereka.
“Kau sedang apa disini?” tanya In Ha saat bertemu dengan Bum Jo. Namun Bum Jo belum sempat menjawab pertanyaan In Ha karena mereka harus memberi salam pada atasan baru mereka.
Cha Ok kemudian memperkenalkan reporter Kim Gong Joo yang bertanggung jawab di bagian kepolisian, dan rekan Gong Joo yang ternyata bernama Lee Il Joo dan dia bertanggung jawab di wilayah Sungai Han pada In Ha dan Bum Jo. Cha Ok juga tidak lupa memberitahu Gong Joo dan Il Joo kalau In Ha dan Bum Jo adalah reporter magang mereka yang baru.
Seolah lupa pada apa yang dia katakan sebelumnya, Gong Joo dengan ramah menyapa In Ha dan Bum Jo, bahkan dia juga menyalaminya.
“Selamat datang di MSC. Satu hal yang tak dimiliki YGN adalah reporter kita yang begitu tampan dan cantik. Kedatangan mereka sudah menambah pesona kita.” Ucap Gong Joo tentang In Ha dan Bum Joo pada kedua atasannya itu. Tentu saja mendengar kata2 Gong Joo itu, membuat In Ha, Bum Jo dan Il Joo bingung, karena sebelumnya Gong Joo berniat melakukan protes.
In Ha diajak Cha Ok ke kantornya, sedangkan Bum Jo diajak pergi oleh Direktur Young. Setelah semuanya pergi, Il Joo bertanya kenapa Gong Joo tidak jadi protes.
“Aku tadi sudah protes.” Jawab Gong Joo.
“Protes apa?” tanya Il Joo tak mengerti.
‘Aku hanya memuji wajah mereka, tapi tidak untuk keterampilan mereka. kecuali jika mereka memang bodoh, mereka tidak akan tahu tempat mereka. Kau yakin Direktur Young dan Manajer Song pasti sudah mengetahuinya.” Ucap Gong Joo dan pergi.
Cha Ok mengajak In Ha ke tempat make-up. Sambil wajah mereka dirias, Cha Ok memberikan naskah yang akan In Ha baca saat akan di shoot.
“Apa kau belum memberitahu ayahmu?” tanya Cha Ok saat In Ha bertanya kapan video dirinya akan ditayangkan di TV.
“Belum. Aku akan segera memberitahunya.” Jawab In Ha.
“Apa kau hanya punya satu sepatu?” tanya Cha Ok saat melihat sepatu In Ha yang tidak cocok dengan setalan blezer-nya. Pelan In Ha menjawab iya. Cha Ok pun melepas sepatunya dan menyuruh In Ha menggunakannya.
Setelah tampil cantik dengan menggunakan sepatu ibunya, In Ha melakukan sesi syuting yang memperkenalkan dirinya sebagai reporter baru MSC. In Ha sengaja diberi naskah yang menyebutkan kalau dia punya sindrom pinokio, semua itu dimaksudkan agar semua penoton tahu kalau berita di MSC semuanya berita benar.
Kita beralih ke YGN, dimana Hyun Gyu mengajak reporter barunya ke Lab Forensik Nasional karena tujuan reporter adalah melakukan penyelidikan.
“Sehelai rambut atau sidik jari yang ditemukan di TKP menentukan kehidupan seseorang. Sama halnya dalam investigasi. Kau harus memikirkan apapun dalam TKP sebagai bukti. Dan mempertaruhkan hidupmu dalam laporan itu. kalian harus mengerti agar kalian bisa menguraikan kebenarannya. Dan juga.... puncak dari tur ini adalah otopsi manusia. Perhatikan baik-baik.” Ucap Hyun Gyu memberi penjelasan dan kemudian dia tertawa jahil ke arah Yoo Rae.
“Ini adalah mayat seorang laki2 berusian 41 tahun. Meskipun terlihat dia mati karena terbakar... tapi terdapat indikasi asap di setiap inhalasi paru-parunya yang menunjukkan kalau dia sudah mati sebelum tubuhnya terbakar. Dari kondisi kerongkongan dan usus gastro, penyebab sebenarnya kematian pria itu adalah keracunan.” Ungkap dokter yang melakukan otopsi pada mayat tersebut dan memperlihatkan semua yang sudah dia ambil dari tubuh si mayit.
‘Apa kau baik-baik saja?” tanya pria gendut pada Yoo Rae yang sudah mulai terlihat pucat.
“Aku harus kuat melewati tahan ini. Aku tak mau ditandai.” Jawab Yoo Rae berusaha menguatkan dirinya.
“Apa menu makan siang kita sup usus saja ya?” ucap Hyun Gyu yang tiba2 muncul dari belakang dan sengaja mengganggu Yoo Rae.
“Sup usus sepertinya enak.” Jawab Dal Po dengan tenang.
“Usus?” ucap Yoo Rae pelan dan dia tiba2 pingsan.
Hyun Gyu melihat Dal Po yang begitu cueknya dan terus fokus pada otopsi mayat. Diapun tersenyum kecil melihatnya.
Dalam perjalanan pulang, In Ha mendapat sms dari ibunya yang bertanya apa In Ha sudah memberitahu ayahnya. In Ha sampai di rumah dan Dal Pyoeng langsung bertanya kenapa In Ha menggunakan pakaian rapi, padahal Cuma menjadi kasir di minimarket.
“Ayah.. kakek, sebenarnya aku....” belum sempat In Ha menyudahi kata2nya, Dal Po pulang dan In Ha pun tak bisa melanjutkan kata2nya karena sudah ada Dal Po.
Melihat Dal Po pulang dengan wajah lelah, Gong Pil langsung menawarinya makan, karena dia sudah memasak sup susu kesukaan Dal Po.
Wkwkkwkkw.... melihat sup usus itu, Dal Po langsung mual dan muntah-muntah. Dia sepertinya teringat pada usus yang diotopsi dokter tadi. Padahal tadi, Dal Po terlihat kuat dan cuek. Dal Pyeong, In Ha dan Gong Pil yang tidak tahu apa yang Dal Po lihat saat bekerja, langsung mengira kalau Dal Po sedang sakit karena kelelahan bekerja.
Mengira Dal Po sakit, In HA memberikan obat untuk Dal Po yang diletakkan di meja belajarnya. Tak lama kemudian, Gong Pil pulang dan ternyata dia juga membelikan obat yang sama seperti yang In Ha berikan. Tepat disaat Gong Pil memberikan obat pada Dal Po, Dal Pyeong muncul dan ternyata dia juga membelikanobat untuk Dal Po. Walaupun terlihat cuek dan suka marah pada Dal Po, ternyata Dal Pyeong juga perhatian padanya.
Melihat 3 obat yang sama, yang diberikan oleh In Ha, Dal Pyoeng dan Gong Pil. Membuat Dal Po merasa kalau dia masih punya keluarga yang sayang dan perhatian dengannya.
Keesokanharinya, In Ha keluar kamar dan melihat Dal Po sedang menunggu di depan kamar mandi. Masih ragu berbicara dengan Dal Po, In Ha bertanya apa ayahnya belum keluar juga dari kamar mandi. Dal Po mengubah ekspresi wajahnya menjadi santai dan tersenyum saat mengatakan kalau ayah In Ha belum keluar. In Ha lalu berkata kalau dia sudah terlambat, jadi dia meminta untuk memakai kamar mandi terlebih dahulu. Namun Dal po tidak mau karena dia yang sudah antri terlebih dahulu dan dia juga sudah telat.
“Tapi aku tidak akan lama.” Ucap In Ha yang berusaha berdiri di urutan depan. Namun Dal Po menghalangi dengan kaki panjangnya. Dengan melotot, Dal Po berkata kalau dia juga sudah terlambat. Tepat disaat In HA ingin menyingkirkan kaki Dal Po, Dal Pyoeng keluar dengan aroma kamar mandi yang tidak sedang hingga membuat Dal Po dan In Ha langsung kompak menutup hidung mereka.
“Kalian tidak boleh masuk sekarang.” Ucap Dal Pyoeng dan pergi. Dia melarang masuk karena aroma kamar mandi masih bau tak sedap.
Karena aroma kamar mandi sedang tidak sedang, Dal Po menyuruh In Ha secara paksa untuk masuk kamar mandi terlebih dahulu. Dia bahkan menggendong In Ha ke dalam kamar mandi dan kemudian langsung menutup pintunya dari luar.
“Bukannya kau bilang sudah terlambat? Aku sedang berbaik hati sekarang.” Teriak Dal Po dari luar dan menahan pintu kamar mandi, karena In Ha sedang berusaha membuka pintu.
Terkurung di tempat yang bau dan ruangan tertutup, In Ha tentu saja tak tahan dan terus berteriak, “Ayah, kau makan apa semalam? Baunya seperti tikus mati.”
Sekarang Dal Po sudah berada di kantor bersama teman-temannya. Mereka lagi2 di beri tugas berat oleh Hyun Gyu dan kali ini mereka harus menyatukan kembali kertas-kertas yang sudah dihancurkan dengan alat penghancur kertas. Setelah semua kertas ini berhasil disatukan, mereka harus melaporkan isi kertas tersebut.
“Sudah hampir jam pulang, mana mungkin kami...” ucap Yoo Rae namun saat melihat wajah Hyun Gyu, Yoo rae tak berani menyudahi kata2nya dan dia hanya berkata kalau mereka bisa melakukannya. Sebelum pergi, Hyun Gyu berpesan pada mereka untuk tidak pulang sebelum semuanya selesai.
“Kudengar, skornya lah yang terendah untuk kelompok seangkatannya. Dan skorku lah yang terendah sekarang? Itu artinya, aku akan menjadi seperti dia nanti?” ucap Yoo Rae menyesali nasipnya.
“Apa kau menangis?”tanya pria gendut dan Yoo Rae menjawab tidak, dia hanya mengatakan kalau dia tadi menguap. Dal Po sepertinya tidak menghiraukan teman-temannya yang mengobrol, karena dia hanya fokus pada kertas-kertas yang harus mereka sambung.
Teman Jae Myung melihat mobil Jae Myung yang masih belum diganti bempernya. Dia terus menyuruh Jae Myung meminta orang yang merusaknya untuk bertanggung jawab. Tak mau mengecawakan temannya itu, Jae Myung pun mengiyakan. Dia mengiyakan akan menghubungi Dal Po dan meminta ganti rugi.
Jae Myung masuk ke dalam mobilnya dan kemudian menghubungi seseorang. Tepat disaat itu, ponsel Dal Po berdering dan itu adalah telepon yang membahas tentang bamper mobil yang Dal Po rusak. Apakah itu Jae Myung yang menelpon,kita lihat saja nanti, karena orang yang menelpon itu mengajak Dal Po ketemuan sekarang juga. Merasa bertanggung jawab atas kerusakan itu, Dal po pun tidak menolak saat Dal po mengajak ketemuan jam itu juga.
Mendengar kalau Dal Po akan pergi Yoo Rae dan pria gendut mengingatkan Dal Po untuk tidak pergi karena hal itu akan menjadi masalah kalau sampai ketahuan oleh Hyun Gyu. Disisi lain, kita melihat Jae Myung mengajak seseorang ketemuan di kompleks rumahnya.
Pembicaraan antara Jae Myung dan Dal Po seperti nyambung. Apakah Jae Myung benar2 menelpon Dal Po dan mengajaknya ketemuan.? Yuk kita lanjut sinopsisnya. Agar cepat sampai, Dal Po menggunakan taksi untuk pergi ke tempat pertemuan. Jae Myung juga sedang dalam perjalanan untuk menemui seseorang.
Dal Po sampai di tempat ketemuan dan sayangnya, bukan Jae Myung yang membuat janji dengannya melainkan teman Jae Myung yang sudah dari lama meminta Jae Myung minta ganti rugi, namun ttidak dilaksanakan2. Yah, mereka gak ketemu.
Pria itu mengaku kalau dia sters melihat mobil Jae Myung namun Jae Myung tidak mau meminta ganti rugi. Jadi sebagai teman, dialah yang datang pada Dal Po dan meminta ganti rugi. Sebagai bukti gara Dal Po percaya kalau dia adalah teman si pemilik truk, dia pun menunjukkan foto2 bumper mobil Jae myung yang penyok. Dal Po mengerti dan tidak mempermasalahkannya, dia pun tetap akan mengganti rugi.
Nah kalo Jae Myung tidak menemui Dal Po? Jadi dengan siapa Jae Myung hendak ketemuan. Ternyata dia ketemuan dengan manager pabrik yang terbakar. Jae Myung mengajak si manager ketemuan dengan alasan akan mengembalikan dompet milih manager yang dia temukan. Si manager itu bernama Moon Duk Soo.
Dengan alasan kalau dompet Duk Soo ketinggalan di rumahanya, maka Jae Myung mengajak Duk Soo pergi kerumahnya. Tanpa curiga sedikitpun Duk Soo menurut saja.
“Aku tak menyangka ada yang tinggal disini.” Ucap Duk Soo saat melihat disekelilingnya adalah bangunan-bangunan yang sudah dihancurkan. Jae Myung menjawab kalau rumahnya ada di depan jalan. Tak lama kemudian Jae Myung meminjam ponsel Duk Soo dan membiarkan Duk Soo jalan terlebih dahulu.
Duk Soo terus berjalan dan tiba2 dia masuk ke dalam lubang yang sepertinya sudah Jae Myung persiapkan. Karena saat Duk Soo masuk ke dalam lubang, Jae Myung langsung bergegas menutup lubang tersebut.
Setelah membayar ganti rugi bamper yang dia rusak, Dal Po dengan tergesa-gesa kembali ke kantor dan sialnya disana sudah ada Hyun Gyu yang menunggunya dan siap memberikan hukuman untuk Dal Po.
“Apakah perintahku tadi masih kurang jelas ditelingamu?” tanya Hyun Gyu dengan ekspresi sadisnya.
“Sudah jelas. Maaf.” Jawab Dal Po dan Hyun Gyu langsung menyuruh para reporter yang lain pulang karena yang akan menyusun kertas-kertas itu adalah Dal Po sebagai hukumannya. Dari luar Gyo Dong melihat semuanya dan dia heran kenapa Dal Po menerima begitu saja perlakuaan Hyun Gyu padanya, padahal sebelumnya Dal Po mengatakan kalau dia benci berada di dunia TV, tapi sekarang dia siap dihukum demi menjadi seorang reporter.
Saat menunggu lift, teman-temannya mengungkapkan rasa simpati dan kasihan mereka pada Dal Po terkecuali Yoo Rae. Dia terlihat senang karena berkat Dal Po dia bisa pulang tanpa harus menyelesaikan pekerjaan yang diapikir sia-sia itu.
Kita beralih pada In Ha dan Bum Jo yang juga sudah waktunya pulang. In Ha mengungkapkan kekagumannya pada Bum Jo yang punya koneksi seorang direktur.
“Tapi, ‘Bum Jo’, rasanya sangat familiar. Dimana aku pernah mendengarnya?” ucap In Ha berusaha mengingat-ingat.
“Itu adalah nama mall. Mall ‘Bum Jo’, kau tak tahu? Mall itu diberi nama seperti namaku.”
“Benarkah? Ada juga universitas yang diberi nama seperti namaku.” Ucap In Ha tak mau kalah. Bum Jo kemudian memberian pada in Ha sebuah coklat. Tentu saja In Ha menerimanya dengan senang karena coklat itu adalah coklat kesukaannya.
“Tapi tidakkah kita terlalu sering bertemu? Mungkin kah hanya kebetulan.” Ucap In Ha.
“Kebetulan apanya?sebenarnya....” Bum Jo hendak memberitahu kalau selama ini yang menerima sms In Ha adalah dirinya. Namun saat dia menoleh kesamping, In Ha sudah tak ada lagi disampingnya. Kemana In Ha? Ternyata dia sedang terpaku melihat video dirinya diputar di layar lebar.
“Saya, Choi In Ha dari MSC News.” Ucap In Ha mengulangi kata2 terakhirnya dalam video.
“Memangnya siapa yang peduli apakah ini kebetulan atau tidak? Yang penting adalah kita akhirnya bisa bertemu.” Ucap Bum Jo dan melihat kearah In Ha.
Dal Po masih sibuk menyusun kertas itu satu demi satu. Tak lama kemudian Gyo Dong masuk dan duduk di samping dal Po. Dia memberitahu Dal Po kalau Hyun Gyu akan gila-gilaan saat dia mengerjai seseorang.
“Apa kau tidak merasa kesal?” tanya Gyo Dong dan Dal Po menjawab tidak, dia tidak merasa kesal. “Jika ingatanku benar, kau bukanlah orang yang rela melakukan ini. Dan juga, kau bukanlah orang yang akan tunduk pada senior hanya untuk menjadi reporter.”
“Aku tak tahu maksud anda.”
“Aku ingin mendengar jawabanmu. Karena aku ingat setiap kata yang aku ucapkan 8 tahun lalu.”
“Aku tidak ingat. Aku benar2 tak ingat.”
“Kenapa kau mau berjalan di tempat limbah yang kotor ini?kenapa kau ingin menjadi reporter yang menjadikan mic dan kamera sebagai senjata?” ucap Gyo Dong mengulang kembali kata2 Dal Po saat itu. Karena Dal Po masih tak mau bicara, Gyo Dong pun beranjak dari duduknya dan menutup pintu. “jangan khawatir. Hanya ada kita berdua,jadi cepat beritahu aku. Karena kejujuranmu tak akan jadi bumerang, akan aku rahasiakan. Kenapa kau ingin menjadi reporter sekarang? Apakah kau mulai menyukai reporter atau semacamnya?”
Dal Po terdiam sejenak lalu berkata kalau dia tidak mungkin menyukai reporter. Sambil melihat ke semua karyawan yang masih belum pulang, Dal Po berucap kalau dia masih merasa sesak berada di tempat ini dan menganggap kalau semua orang yang bekerja di TV menjijikkan.
“Lalu kenapa kau ada disini?” tanya Gyo Dong penasaran.
“Karena sebuah nama.” Jawab Dal Po.
“Nama?”
“Aku akan melakukan apapun agar bisa lolos dari pelatihan ini, dan setelah aku bisa memegang mic itu. aku ingin memberitahu seluruh dunia, siapa namaku yang sebenarnya.”
“Nama aslimu? Jadi maksudmu, nama yang kau pakai sekarang bukanlah nama aslimu?” tanya Gyo Dong penasaran dan Dal Po pun mengiyakan.
Kita beralih pada Duk Soo yang dikurung oleh Jae Myung disebuah lubang. Dia berteriak dan bertanya siapa Jae Myung.
“kau masih kuat juga padahal sudah berada disana selama 3 jam. Namun semua ini akan berakhir. Seperti yang kau bilang, kalau tempat ini tak layak ditinggali. Jadi, tak akan ada yang datang ke sini.” Ucap Jae Myung sambil menyusun batu bata di atas tutup lubang.
“Memangnya aku salah apa padamu, hingga kau memperlakukanku seperti ini? Jawab aku. Katakan siapa kau?” tanya Duk Soo yang tak mengerti kenapa orang yang tidak dia kenal memperlakukan dia seperti itu.
Kembali ke YGN dimana Gyo Dong bertanya tentang nama asli Dal Po.
“Aku adalah anak pemadam, Ki Ho Sang.” Jawab Jae Myung.
“Namaku adalah Ki Ha Myung.”Jawab Dal Po.
Mendengar jawaban itu, Duk Soo dan Gyo Dong terkejut. Jae Myung bertanya pada Duk Soo apa dia masih ingat pada nama ayahnya.
“Sisa-sisa kerangka baru saja ditemukan.... aku adalah anak pemadam, Ki Ho Sang.” Aku Dal Po dan untuk pernyataan ini benar2 membuat Gyo Dong terkejut.
“Apa...apa yang akan kau lakukan padaku?” tanya Duk Soo pada Jae Myung dan Jae Myung menjawab kalau dia ingin, Duk Soo merasakan apa yang ayahnya rasakan sebelum meninggal.
“Kau adalah anak ketua Tim Pemadam?” Tanya Gyo Dong dan Dal Po mengiyakan.
“Karena kalian... aku kehilangan ayah dan ibuku serta kakakku. Dan aku juga kehilangan namaku sendiri. Sekarang... aku juga baru tahu betapa tak adilnya kematian ayahku karena kalian. Begitu banyak yang ingin aku katakan dan tanyakan. Selain itu, aku juga ingin mencari seseorang. Aku berpikir, siapa yang patut disalahkan dalam ketidakadilan ini. Dan... jawaban yang aku temukan membuatku tercengang.” Ucap Dal Po.
Kita beralih lagi pada Jae Myung yang mengatakan kalau Duk Soo akan mati ditempat itu, karena tidak akan ada yang datang mencarinya.
“Mereka hanya akan berasumsi kalau kau sedang bersembunyi disuatu tempat.” Tambah Jae Myung yang tak perduli pada Duk Soo yang terus minta diampuni olehnya. “Semua orang di dunia ini akan mengingatmu... sebagai iblis yang membunuh kedua temannya demi uang.” Ucap Jae Myung dan kita diperlihatkan pada dua mayat yang dibunuh dengan sadis karena tangan kedua mayat itu terlihat mengerikan.
“Apa maksudmu? Aku tak pernah membunuh siapapun dalam hidupku!” ucap Duk Soo.
“Memang. Tapi, seluruh dunia tak akan pernah tahu itu. bahkan anggota keluargamu sendiri. Dunia akan mengingat kau sebagai pembunuh yang membawa kabur uang temannya. Keluargamu akan menjalani sisa hidup mereka dengan ejekan orang lain. Dan merasa malu padamu. Mereka akan tahu, kalau kematian bukanlah yanng terburuk didunia ini.” Ucap jae Myung dengan marah.
“Apakah jawabannya... menjadi reporter?” tanya Gyo Dong namun tak langsung dijawab oleh Dal Po karena kita sudah dialihkan pada Duk Soo yang meminta Jae Myung untuk memaafkan dirinya.
“Didalam sana. Kalau kau masih beruntung, kerangkamu masih bisa ditemukan. Tapi hal itu tidak akan menarik perhatian orang banyak, untuk mencaritahu tentang penyebab kematianmu. Sama seperti ayahku!” teriak Jae Myung penuh emosi.
“iya, karena itulah aku ingin menjadi reporter. Karena menjadi reporter aku bisa melakukan semua itu. Dan karena itulah.....” Dal Po memberi penghormatan pada Gyo Dong. “Aku akan berusaha mati2an untuk menjadi reporter.” Jawab Dal Po atas pertanyaan Gyo Dong.
0 komentar:
Posting Komentar