Dia menghadapi cemoohan dengan tenang, tidak terlalu peduli ketika mereka berbisik tentang dia menjadi penipu, gangster atau psikopat. Artinya, dia baik-baik saja sampai satu orang mengatakan ia mendengar bahwa ayah Dal Po adalah penjahat juga. Itu membuatnya naik darah.Dia membanting anak itu ke dinding dan menggeram padanya untuk mengulangi lagi ucapannya di depannya, dan dia akan merobek-robek anak itu. Tapi apa yang dilakukan Dal Po hanya membenarkan kecurigaan terburuk anak-anak tentang dia, dan bahkan guru menolak untuk percaya Dal Po, karena telah memutuskan bahwa dia adalah pembohong dan penipu.
Dia bertemu pandang dengan In Ha, sementara guru memarahi dia di aula, dan menit In Ha memalingkan tatapannya, dia mulai cegukan tak terkendali. Itu berlangsung selama berhari-hari. Pada saat Chan Soo di acara kuis TV memenangkan putaran pertama dan menjadi juara baru, In Ha masih cegukan.
MC bertanya kepada Chan Soo bagaimana rasanya menang, dan saat itulah ia menunjuk kamera dan berkata, “Choi In Ha, aku menyukaimu!” Seluruh kelas bersorak kepada In Ha untuk menerima pengakuannya, tapi In Ha hanya mendesah dan melihat ke arah meja Dal Po yang kosong.
Dia mengambil posisi kepala di bawah lagi di kamarnya malam itu, dan mengatakan kepada ibunya (melalui SMS) bahwa dia sudah cegukan selama berhari-hari dan itu adalah rekor baru. Dia tahu apa yang dia lakukan untuk berhenti, tetapi tidak memiliki keberanian untuk melakukannya, dan bertanya-tanya apakah ada orang yang pernah meninggal karena cegukan sebelumnya. Dia memutuskan ke neraka dengan itu, dan memilih hidup dengan harga diri.
Di sekolah keesokan harinya, Dal Po dipanggil ke kantor untuk menulis permintaan maaf karena mencontek, dan ia bertanya mengapa ia harus meminta maaf untuk hal yang dia tidak lakukan dan itu semua hanya rumor. Guru memberitahu dia untuk membuktikan rumor palsu itu. Dal Po ingat kembali momen ketika wartawan menuntut hal yang sama, dan respon Hyung pada saat itu, “mengapa saya harus menjadi orang yang membuktikannya?”
Dal Po mengulangi kata-kata itu sekarang, dan guru merespon persis seperti wartawan lakukan: “karena kau pelaku dari rumor itu.” Dal Po melihat sekeliling ruangan dan melihat seorang guru perempuan yang berdiri di dekatnya, dan mengatakan kepada mereka bahwa dia akan berjalan keluar dari sini dan menyebarkan desas-desus bahwa ia melihat mereka berdua berselingkuh.
Guru mulai terbata-bata, dan Dal Po mengatakan kepadanya untuk melanjutkan dan membuktikan rumor palsu. Guru segera bertanya dengan pembelaan diri mengapa ia harus menjadi orang yang membuktikannya, dan Dal Po menyampaikan tujuannya dengan indah: “karena Anda pelaku dari rumor itu.” Dia menyerahkan surat permintaan maaf dan meminta gurunya untuk menulis juga. Lalu ia berjalan keluar. Tentu saja, setelah di luar, Dal Po mulai khawatir jika ia telah melampaui batas dan berteriak frustrasi.
Sementara itu, In Ha telah mengumpulkan keberanian untuk melakukan “itu,” apa pun yang akan menghentikan cegukannya. Dal Po tiba di lorong luar kelas mereka tepat pada saat dia melihat In Ha mengisi mulutnya dengan air, dan menyemprotkannya ke seluruh kue ucapan selamat Chan Soo.
Seluruh kelas terdiam, dan In Ha menyadari bahwa cegukannya telah berhenti. Dia mengatakan kepada Chan Soo bahwa dia menyesal tapi dia tidak bisa menerima pengakuan cintanya. Dan mengatakan semua anak-anak untuk meminta maaf kepada Dal Po karena menuduhnya dengan rumor-rumor itu. Ah, kau cegukan sepanjang waktu karena tidak membela Dal Po? So Cute.
Chan Soo mengatakan kepadanya untuk membuktikannya. In Ha membalas bahwa jika dia melakukanya, Chan Soo harus membagi setengah hadiah acara kuis di TV dengan Dal Po. Chan Soo setuju, tapi ingin menambahkan syarat. Jika In Ha tidak bisa membuktikannya, dia mencari ide, dan berakhir dengan sesuatu yang selalu Dal Po katakan: “Jika aku benar, aku bisa menamparmu sepuluh kali” (Ini adalah perkataan yang selalu Ayahucapkan, dan Dal Po pada gilirannya berkata hal yang sama kepada Chan Soo di acara kuis.)
Dal Po geram dan In Ha mulai bingung, tapi sebelum Dal Po turun tangan, dia menyatakan bahwa dia setuju. Chan Soo mengingatkan bahwa dia tidak akan bermain baik hanya karena dia seorang gadis. In Ha berbohong bahwa dia tidak takut sama sekali, dan dia mulai cegukan membuat tawa teman-teman sekelasnya.
Dia berjalan keluar kelas, malu. Dal Po menemukannya di tangga sedang bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah dia akan benar-benar mendapatkan tamparan. Dia memutuskan dia hanya akan menerima tamparan itu. Dal Po melihatnya dengan tersenyum dan tidak membiarkan kehadirannya diketahui In Ha.
Setelah sekolah, Dal Po melihat Chan Soo melihat sepeda In Ha dengan rasa kasihan, dan mengetahui rem berderit sepeda tua itu sudah tidak berfungsi sempurna. Dal Po menghentikan In Ha dalam perjalanan, tapi dia langsung memberikan penjelasan untuk mempertahankan diri bahwa dia tidak membela Dal Po tapi karena dia ingin (dia harus melakukannya untuk menghentikan cegukannya).
In Ha tidak membiarkan Dal Po mengeluarkan sepata katapun, dan mengatakan kepadanya untuk tidak salah paham, dan dia benar-benar tidak punya pilihan lain. Dal Po bertanya apa yang akan membuat dia salah paham, dan In Ha hanya mengatakan, “apakah aku harus mengatakannya keras-keras?”
Dia menyerah dan hanya membiarkan In Ha pergi, mengetahui bahwa jika In Ha memiliki mata, dia akan melihat bahwa rem sepedanya rusak. Seperti biasa, In Ha naik ke atas sepeda dan menggunakannya tanpa berpikir. Dan Dal Po berusaha untuk mengejarnya.
Ketika dia di jalan penurunan dengan kecepatan cukup tinggi, In Ha baru menyadari remnya rusak, dan dia mulai panik. Dal Po mengejar In Ha secepat yang dia bisa, dan berhasil menghentikannya sebelum jembatan dan menangkap dirinya dari sepeda sebelum masuk ke dalam jurang.
Dia menahan tubuh In Ha saat jatuh. In Ha mengeluh saat melihat pergelangan kakinya berdarah dan ketika dia berbalik dan menyadari bahwa Dal Po mengalami pendarahan dari kepalanya, dan tidak sadarkan diri. Dia menggoyang-goyangkan tubuh Dal Po berulang kali tapi dia tidak bangun.
Dia membuka matanya dan melihat In Ha menangis, bertanya kepada para paramedis apakah pamannya akan mati. Paramedis mengatakan dengan kecut bahwa itu benar-benar hanya goresan kecil. Tapi In Ha tidak merasa terhibur, dan meraung bahwa itu mungkin kerusakan otak: “Dia tidak bisa menjadi idiot! Dia sudah menjadi orang yang diasingkan. Jika ia menjadi bodoh juga, dia akan terlalu menyedihkan!” LOL.
Dal Po akhirnya bergumam padanya untuk diam. Kemudian In Ha bertanya siapa dia dan berapa banyak jari yang dia tunjukkan ke arah Dal Po. Ketika Dal Po mengabaikan dan tidak menjawab pertanyaannya, In Ha memutuskan dia amnesia yang akhirnya membuat Dal Po membungkam mulut In Ha agar dia bisa meminta maaf kepada paramedis dan meminta agar dia diizinkan pulang.
Mereka berjalan pulang dalam keheningan, dan Dal Po akhirnya mengetahui In Ha berjalan terpincang-pincang di belakangnya karena pergelangan kakinya. Dia berbalik dan membungkukkan diri untuk menawarkan menggendongnya di punggung. [Lihat kesediaan
0 komentar:
Posting Komentar