Dal Po menghentikan taksi atas permintaan Ibu, dan Ibu mengatakan bahwa In Ha tidak memiliki seorang paman. Dal Po menjelaskan pohon silsilah keluarga baru kepadanya, dan ketika dia mendengar bahwa Kakek mengadopsinya, ia mencemooh dan mengatakan jika ia ingin bermain sebagai paman, ia harus menghentikan In Ha dari mengejar mimpi yang mustahil.Dia bertanya mengapa, dan Ibu menjawab bahwa tidak ada seorang reporter pun di negeri ini memiliki sindrom Pinocchio. Dal Po mengatakan bahwa statistik bukanlah alasan, sementara Ibu berpendapat bahwa itu adalah statistik untuk suatu ‘alasan’ tertentu.
Hyung mengirimkan sms kepada seseorang yang meninggalkan nomor teleponnya di truk malam itu. Dia mengatakan bahwa hampir tidak ada kerusakan dan truknya baik-baik saja. Dal Po membaca pesan dengan senyum. Rekan kerja hyung bertanya tentang foto keluarga yang ia lihat pada dashboard truk, dan ia menjelaskan bahwa Ibu dan adiknya yang sudah meninggal. Dia masih percaya bahwa Ayah masih hidup, dan telah mengendarai truk ke seluruh bagian negara untuk mencarinya, sia-sia.
Percakapan di meja depan cukup keras sehingga memungkinkan Hyung dan teman-temannya mendengar. Ternyata mereka adalah trio dari pabrik yang berbohong tentang pengiriman pemadam kebakaran ke dalam gedung karena kesalahan. Mereka berada dalam perdebatan sengit karena manajer yang berhutang kepada kedua karyawannya itu. Sementara manajer berpendapat bahwa mereka tidak bisa memperlakukan dia seperti itu karena ia menutupi kebakaran yang mereka timbulkan. Manajer meremas dan melemparkan surat perjanjian hutang itu.
Percakapan itu mendapat perhatian Hyung, dan matanya melebar mendengar bahwa mereka sedang berbicara tentang kebakaran yang sudah sepuluh tahun berlalu. Salah seorang dari trio bahkan mengatakan bahwa mereka mungkin yang memulai kebakaran, tapi itu kesalahan manajer bahwa semua petugas pemadam kebakaran dan kapten meninggal. Mereka mulai bertengkar dan salah satu dari mereka tidak sengaja melukai tangannya, sehingga mereka buru-buru ke rumah sakit dengan taksi.
Hyung berusaha menyusul mereka tapi mereka telah pergi. Kita lihat tangan hyung mengepal kuat dan di dalamnya ada surat perjanjian hutang manajer. Tangannya bergetar saat ia menyadari kebenaran untuk pertama kalinya: “Mereka berbohong?” Dan kembali ke dalam, rekan kerja Hyung memeriksa SMS yang datang dari “Bumper,” memintanya untuk menelepon jika ada masalah yang muncul, memberikan namanya, Choi Dal Po.
Ketika Dal Po pulang, Kakek khawatir bahwa In Ha telah melarikan diri dari rumah. Ayah telah berkeliling mencari selama berjam-jam tapi belum berhasil. Dal Po bergegas mencari juga. Suara kembang api di atas kepala membuat darahnya mengalir dingin, dan ia teringat kembali pada malam mengerikan ketika ibunya membawanya untuk melihat kembang api dan kemudian melompat ke kematiannya.
Dia berjalan berkeliling sampai ia menemukan hujan kertas yang berasal dari atap gedung apartemen mereka, dan mengambil satu dari sobekan kertas tersebut yang ternyata merupakan nomor peserta In Ha. Khawatir hal terburuk terjadi, ia berlari menaiki tangga dengan panik, tanpa menunggu lift.
In Ha ada di atap, tapi dia di sana untuk membakar buku-buku jurnalisme miliknya. Dia menumpuk mereka di tempat sampah sebelum menjatuhkan pemantik api dan mengucapkan selamat tinggal pada mimpinya. Saat paling dramatis dalam hidupnya bubar ketika buku-buku itu tidak juga terbakar karena pemantik api jatuh ke dalam tong sampah. Dia berusaha untuk meraihnya, tapi malah jatuh ke tempat sampah sebagai gantinya, dan mengalami momen lucu dimana dia hanya menggantung terbalik dan mengutuk alam semesta, mengapa ini terjadi padanya dan ia merasa ini sangat tidak adil.
Tentu saja Dal Po tidak tahu semua ini, dan sampai pintu atap dalam keadaan panik, berteriak memanggi In Ha dan menggedor pintu untuk mendapat jawaban. In Ha terkejut dan karena malu, ia berusaha sembunyi di tempat persembunyian terbaik, menurutnya. Menutupi dirinya dengan terpal yang ada di atap. Sehingga pada saat Dal Po sampai di sana, atap tampak kosong dan ia mulai meneliti jalan di bawah apartemen (mungkin mengira In Ha sudah melompat ke bawah) sambil meneriakkan namanya.
In Ha mengintip dan bertanya-tanya mengapa dia berlebihan. Kekeke. Setelah memasang telinganya agak lama, akhirnya Dal Po dapat suara cegukan lirih. Ia menghela napas lega, mengetahui bahwa In Ha baik-baik saja. Dal Po mengatakan ia dapat melihat persembunyiannya, tapi In Ha tetap tidak mau membuka terpal yang menutupi tubuhnya. Dia mengaku bahwa dia tahu semua hal yang terjadi pada In Ha hari ini. In Ha mengatakan dia seharusnya membiarkan dia berbohong. In Ha berkata bahwa kadang dia ingin berbohong dan berpura-pura baik-baik saja seperti orang lain.
Tapi Dal Po memiliki jawaban terbaik dan manis untuknya, “kau tidak perlu berpura-pura baik-baik saja di depanku, karena aku tahu betapa terlukanya dirimu.” Dia menarik terpal dari tubuh In Ha dan terdiam melihat dia menangis. Dia melihat kancingnya pada kalung yang dipakai In Ha dan mengatakan dia menyesal bahwa mimpinya mungkin sebuah mimpi buruk.
Pada saat yang sama, Beom Jo membaca kembali sms-sms yang dia dapatkan dari “Pinocchio,” semua ditujukan kepada Ibu, dan bercerita tentang semua peristiwa besar dalam hidupnya. Mulai dari gagal mendapatkan pekerjaan hingga hari ulang tahunnya. Dia sampai di rumah mewahnya dan menyapa ibunya (Kim Hae Sook) dengan deklarasi tiba-tiba bahwa dia ingin bertemu “dia.” Ibu Chaebol bertanya memastikan, “Siapa, Pinocchio?”
Kembali di atap, Dal Po memasukkan kembali semua buku In-ha, tapi In Ha berbohong bahwa dia ingin mereka dibakar. Dal Po bertanya apakah dia benar-benar menyerah mengenai ibu dan impiannya menjadi reporter. In Ha bilang dia menyerah tapi cegukan. Dia mengatakan bahwa dia tidak memiliki keberanian untuk menatap matanya, ketika dia tahu betul bahwa Dal Po menyerah kuliah demi dirinya.
Kita kembali ke percakapan Dal Po dengan Cha Ok. Dal Po bertanya bagaimana dia bisa begitu yakin bahwa In Ha tidak pernah bisa menjadi seorang wartawan, dan bertanya berapa banyak nyawa dia hancukan dengan prasangkanya. Cha Ok benar-benar menertawakan dia dan mengatakan bahwa serigala tidak menggonggong pada singa, hanya anak anjing yang melakukan itu. Cha Ok bertanya apakah ia bahkan tahu apa reporter itu, ataukah Dal Po hanya menggonggong padanya.
Di atap, Dal Po memegang kedua pergelangan tangan In Ha untuk menghentikannya membakar buku-buku, dan akhirnya berkata, “Aku membutuhkan mereka. Aku ingin menjadi seorang reporter.”
Kita kembali lagi ke percakapan Dal Po dengan Cha Ok. Menanggapi pertanyaan Cha Ok, ia meminta maaf kepada Cha Ok dan melihat dia pergi. Namun dia berteriak ke arah Cha Ok bahwa dia akan mencari tahu apa sesungguhnya reporter itu dan akan datang mencarinya: “Sebagai serigala, dan bukan anak anjing.” Wajahnya berubah menjadi geram saat ia menambahkan, “aku akan menggonggong dengan baik.”
Dan di rumah chaebol, ibu berbisik ke Beom Jo mengatakan bahwa dia seperti anak umur 5 tahun. Dia bertanya apakah anaknya ini membutuhkan bantuannya, haruskah dia membawa Pinocchio ke sini sehingga Beom Jo bisa melihatnya. Anaknya berkata dengan senyum mengembang bahwa dia akan pergi mencarinya sendiri.
Hanya setelah Dal Po mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang reporter juga, cegukan In Ha berhenti. In Ha tersenyum ke arah Dal Po bersamaan dengan kembang api yang menyala di kejauhan.
0 komentar:
Posting Komentar