Dal Pyeong yang juga sedang mencari In Ha langsung pergi ke atap dan disana dia melihat Dal Po dan In Ha sedang berdua, jadi dia memilih untuk tidak mendekat dan hanya mendengarkan apa yang mereka bicarakan.
In Ha mengatakan kalau dia ingin berhenti menjadi repoter, selain karena dia sudah berjanji pada ayahnya untuk tidak bekerja, dia juga merasa malu untuk memperlihatkan wajahnya pada Dal Po. Walaupun Dal Po tidak mengatakan apapun, In Ha bisa tahu kalau Dal Po tidak melanjutkan kuliahnya karena In Ha. In Ha merasa tak nyaman jika harus hidup dari uang yang Dal Po cari.
Saat In Ha hendak membuang lagi buku2 itu ke tong sampah, Dal Po langsung menangkap tangannya. Dal Po bahkan menggenggam kedua tangan In Ha.
“Aku membutuhkannya.” Ucap Dal Po, dia mengatakan kalau dia membutuhkan buku2 In Ha itu. dia membutuhkannya karena dia ingin menjadi seorang reporter juga seperti cita-cita In Ha. “Mari kita bersama-sama menjadi reporter, In Ha.” Ajak Dal Po.
In Ha masih shock mendengarnya dan perlahan dia menjawab “Oke”. Ajaib, setelah menerima ajakan Dal Po itu, cegukan In Ha berhenti.
[Episode Empat – Romeo dan Juliet]
Dal Po dan In Ha pulang dengan membawa buku-buku milik In Ha. Dalam perjalanan pulang, In Ha berkata kalau Dal Po sangat beruntung karena In Ha sudah membaca semua buku2 itu selama 3 tahun dan merangkumnya dalam buku catatannya. In Ha lalu bingung tentang kakek-nya, bagaimana mereka bisa menyembunyikan kepintaran Dal Po dari sang kakek jika Dal Po menjadi seorang reporter. Dal Po menjawab kalau dia sepertinya tidak terlalu yakin akan benar2 menjadi reporter, karena belum ada sejarahnya seorang sopir taksi menjadi reporter.
“Kenapa? Sopir dan repoter.. tidak ada perbedaan yang mencolok.” Jawab In Ha dan mereka masuk ke dalam lift.
“Lupakan saja, hampir tidak ada kesempatan bagiku untuk menjadi repoter. Jadi tidak perlu khawatir tentang semua ini sebelum waktunya. Aku hanya akan mulai belajar tanpa diketahui ayah.” Jawab Dal Po yang memutuskan tetap akan menjadi sopir sambil belajar karena dia tidak yakin akan diterima sebagai reporter.
“Tidak, itu 50:50.” Jawab In Ha. “Maksudnya kalau sopir taksi sepertimu dan pinokio sepertiku memiliki kesempatan 50 persen menjadi reporter. Kita berdua akan berhasil atau tidak sama sekali atau salah satu diantara kita.” Jelas In Ha dan Dal Po membenarkan ucapannya.
Dal Pyeong sendiri masih berada di atas gedung. Dia sedang memikirkan perasaan Dal Po pada putri satu-satunya itu.
Di rumah, sambil menata buku-bukunya kembali ke atas rak, In Ha bertanya pada kakeknya bagaimana kalau ayahnya sampai tahu dia sedang berusaha menjadi reporter. Sang kakek menjawab kalau In Ha tak perlu repot2 mengajukan pertanyaan yang dia sudah tahu jawabannya. In Ha lalu bertanya lagi tentang cara mendapatkan izin dari ayahnya.
“Kau tak perlu izin. Jika itu yang ingin kau lakukan maka lakukan saja.” Jawab Gong Pil.
“tapi tetap saja.” Ucap In Ha lemas.
“Apa yang lebih sulit, daripada menerima uang pemberian orang lain. Sama saja memaksakan ide2ku sendiri ke orang lain yang bahkan mereka tidak akan mempercayainya. Itu sesautu yang bahkan tidak dapat dilakukan oleh orang tua.”ungkap Gong Pil dan In ha mengerti.
Tepat disaat itu terdengar suara pintu dibuka. Mereka bertiga langsung keluar dari kamar In Ha dan menemui Dal Pyeong. In Ha langsung meminta maaf pada ayahnya karena sudah membuatnya khawatir. In Ha juga mengatakan kalau dia ingin mengatakan sesuatu pada ayahnya namun sebelum dia mengatakan hal itu, dengan ekspresi ketakutan, In Ha langsung bersembunyi di balik punggung Dal Po.
Belum sempat In Ha mengucapkannya, Dal Pyeong malah berkata kalau dia ingin bicara berdua dengan Dal Po. Mendengar itu semuanya bingung, kenapa Dal pyeong malah ingin bicara dengan Dal Po bukannya In Ha. In Ha sampai terlihat kecewa karena ayahnya memilh untuk bicara dengan Dal Po dari padanya dengan dirinya.
Saat hanya berdua diluar rumah, Dal Po langsung mengatakan pada Dal Pyeong kalau In Ha masih ingin menjadi reporter. Dia juga memberitahu Dal Pyeong kalau In Ha tidak bisa menyerah pada mimpinya walau dia sudah berjanji pada Dal Pyeong untuk tidak melakukan semua itu.Untuk meyakinkan Dal Pyeong, Dal Po mengucapkan pepatah yang disebutkan oleh Gong Pil sebelumnya.
Dong Pyeong lalu memotong perkataan Dal Po dengan mengatakan kalau dia tidak ingin membicarakan hal itu. Dia mengatakan kalau dia melihat Dal Po dan In Ha di atap tadi.
“Jika aku benar tentang apa yang aku pikirkan, kau memiliki perasaan pada In Ha. Apa aku salah?” tanya Dal Pyeong dan Dal Po pun menjawabnya dengan gelengan. Dal Pyeong bertanya lagi apa In Ha merasakan hal yang sama dan dengan cepat Dal Po menjawab tidak, In ha bahkan tidak tahu perasaan Dal Po pada In Ha. Saat ditanya kapan Dal Po merasakan hal itu, Dal Po menjawab kalau dia kurang tau semuanya berjalan begitu saja.
“In Ha adalah putriku satu-satunya yang sangat berharga. Dia lebih cantik dan penting bagiku daripada orang lain di dunia ini. Itu sebabnya aku tidak pernah mau melihatnya terluka dan aku ingin dia bahagia, bersama seseorang yang bisa memanjakannya. Itu sebabanya tidak peduli siapapun pasangan In Ha nanti, tidak ada yang cukup baik untuknya dimataku. Bahkan jika dia membawa seseorang yang lebih besar dari Im Hong Ryong. Aku masih tetap ragu mengajukan pertanyaan dan berdebat melawan dia. Disisi lain, kau...” belum sempat Dal Pyeong menyelesaikan kata-katanya, Dal Po langsung memotong kalau dia tahu maksud Dal Pyeong mengatakan semua itu, dia menyadari kalau dirinya banyak kekurangan dan karena semua itulah Dal Po tidak menyampaikan perasaannya pada In Ha.
“Kau juga tak perlu khawatir,bagiku keluarga adalah yang utama. Aku tidak akan pernah melakukan apapun untuk membahayakannya. Aku akan melupakan perasaanku, jadi jangan khawatir.” Janji Dal Po dan Dal Pyeong pun mengucapkan terima kasih.
In Ha sedang menyikat giginya saat mendengar Dal Po dan ayahnya pulang. Dia langsung berlari pada ayahnya dan marah kenapa ayahnya malah memilih bicara dengan Dal Po bukan dengan dirinya. Melihat In Ha berbicara dengan mulut penuh busa pasta gigi, membuat Dal Pyeong tak senang dan menyuruhnya untuk menyelesaikan sikat giginya. Tapi In Ha tidak mau, dia merasa pembicaraan itu sangat penting.
Melihat In Ha yang jorok seperti itu, Dal Pyeong pun teringat pada kata-katanya sendiri kalau In Ha adalah putri satu-satunya milik dia yang sangat berharga dan In Ha lebih cantik dan penting bagiku daripada orang lain. Karena penampilan In Ha jauh dari apa yang dia katakan, Dal Pyeong pun mendorong In Ha masuk kekamar mandi lagi untuk meneruskan sikat giginya.
“Ayah, aku benar2 ingin menjadi seorang reporter!” ucap In Ha memelas sambil menahan dorongan ayahnya untuk masuk ke kamar mandi.
“Lakukan! Teruskan dan jadilah reporter.” Jawab Dal Pyeong dan menutup pintubkamar mandi. Namun In Ha keluar lagi dan dengan ekspresi bahagia dia berkata pada Dal Po kalau dia sudah diizinkan menjadi reporter.
Teman Jae Myung memoto mobil Jae Myung yang penyok dan menyuruh Jae Myung meminta ganti rugi. Namun dengan bijak Jae Myung berkata kalau hal itu tak perlu karena mobilnya memang sudah terbilang tua. Temannya itu kemudian berkata kalau Jae Myung diterima untuk ikut melakukan pembongkaran pabrik yang akan dilakukan pada tanggal 5 bulan depan.
Temannya itu juga berkata kalau tempat itu terkenal berhantu dan bertanya apa Jae Myung tidak takut? Dalam hati Jae Myung menjawab kalau dia malah berharap bisa bertemu ayahnya walau dalam sosok hantu.
Kita kembali ke rumah Dal Po dimana In Ha langsung menggandeng tangan Dal Po dan mengajaknya ke kamar untuk menunjukkan lowongan pekerjaan yang di buka oleh YGN. Bahkan yang lebih bagusnya lagi dari lowongan2 kerja yang lainnya, YGN tidak memperdulikan latar belakang dan pendidikan, mereka hanya melakukan tes tertulis, tes kamera dan proses wawancara dengan orang yang sebenarnya.
“Ini adalah tempar yang sempurna untuk sopir taksi dan pinokio seperti kita.” Tambah In Ha.
“Ini blind tes? Tidak pernah tahu tempat seperti itu ada.” Ucap Dal Po dan bertanya apa In Ha akan memberitahu mereka kalau dia adalah pengidap sindrom pinokio. Dan In Ha menjawab tidak karena selama dia tidak berbohong dia tidak akan cegukan. In Ha kemudian mengeluarkan buku2 yang harus Dal Po baca.
“Apa satu bulan cukup bagimu untuk mempelajarinya?” tanya In Ha karena buku yang dia berikan sangat banyak.
Dal Po melihat buku2 itu dan berkata kalau dia pikir seminggu cukup untuk menyelesaikannya. Tentu saja In Ha merasa tak percaya pada apa yang Dal Po katakan.
“Air murni, Glycol distrearat, Gliserin, Betaine, Natrium Klorida, Asam sitrat, Methylchloroisothiazolinone, lemon esensial dan....”
“Apa yang kau lakukan?” tanya In Ha tak mengerti.
‘Aku bosan saat menyikat gigi, jadi aku menghafal semua bahan dalam sampo.” Ucap Dal Po dan menunjuk kepalanya. “Aku mengisi otakku lebih cepat daripada kebanyakan orang, jadi jangan khawatir. Jadi seminggu pasti cukup.”
In Ha pun mengerti dan tak heran lagi karena Dal Po juga sudah membaca semua buku di perpusatakaan selama 8 tahun. Selain meminjami buku, In Ha juga meminjami catatan yang sudah dia rangkum dari buku-buku itu berikut artikel2 penting yang dia kumpulkan. Saat In Ha membuka2kan buku catatannya, Dal Po terus memperhatikan wahahanya,namun dia segera mengalihkan pandangannya.
Saat berada di kamarnya, Dal Po teringat kembali pada pembicaan dirinya dengan Dal Pyeong. Dan ternyata apa yang Dal Po katakan tentang foto di dalam dompet memang benar, dia tanpa sengaja menemukannya di lantai dan menaruhnya di dalam dompet. Namun Dal Po langsung membuang pikiran itu dan memilih fokus pada buku-buku yang dipinjamkan oleh In Ha.
Pagi2 buta, Dal Po mengelilingi rumah-rumah dan membaca koran yang belum diambil oleh si pemiliknya. Dia mencatat berita-berita penting yang terbit hari itu. Tak lama kemudian dia melihat Gong Pil datang dan dengan cepat Dal Po langsung bersembunyi. Setelah Gong Pil masuk ke dalam rumah, Dal Po kembali melanjutkan aktifitasnya,dia tidak menyadari kalau Gong Pil melihat apa yang sedang dia lakukan. Gong Pil tersenyum melihatnya.
Saat berada di dalam perpustakaan, Dal Po melihat In Ha membaca sambil menutupi wajahnya dari panas matahari. Dal Po tersenyum dan tanpa berkata sepatah katapun dia langsung duduk didepan jendela sehingga panas matahari itu tak lagi mengenai In Ha. Setelah mencari semua informasi dan membacanya, In Ha dan Dal Po berlatih cara membaca berita dengan baik.
Ketika Dal Po tengah tertidur di meja belajarnya, Gong Pil masuk dan melihat semua buku-buku yang Dal Po baca. Diapun mengusap kepala Dal Po dengan rasa sedih.
Keesokanharinya, Gong Pil pergi ke toko buku dan membeli majalah fashion pria. Setelah mendapatkan majalah yang dia mau, Gong Pil langsung menelpon Dal Po dan menyuruhnya datang. Gong Pil mengajak Dal Po pergi ke salon. Pada tukang salonnya, Gong Pil meminta Dal Po diubah menjadi seperti pria yang ada di majalah.
Selain mengubah gaya rambut Dal Po, Gong Pil juga membelikan setelah jas berikut dasinya , tak lupa juga sepatu yang cocok untuk Dal Po. Setelah semuanya sudah dipilih, Gong Pil tinggal menunggu penampilan baru Dal Po.
Dal Po kemudian keluar dari kamar ganti dengan semua atribut yang Gong Pil berikan dan tentu saja Dal Po terlihat tampan dan gagah dengan semua itu, apalagi rambut gondrongnya sudah tidak ada lagi. Dal Po lalu berfoto untuk foto di resumenya.
Dalam perjalanan pulang, Dal Po melihat aneh pada bayangan dirinya yang ada di cermin. Dal Po lalu bertanya apa Gong Pil baik2 saja. Gong Pil pun bertanya kenapa Dal Po bertanya seperti itu.
“Karena penampilanku... aku tidak lagi terlihat seperti anakmu.” Ucap Dal Po.
Gong Pil tertawa dan menjawab kalau Dal Po adalah anaknya, karena penampilan Dal Po sekarang tak jauh beda dengan dirinya. Gong Pil membuang sepatuu lama milik Dal Po dan meminta dia untuk tidak mengkhawatirkan ayahnya itu mulai sekarang. Dia menyuruh Dal Po untuk tidak lagi melakukan sesuatu dengan sembunyi2 darinya.
“Aku tidak menyembunyikan apapun darimu.” Elak Dal Po dan Gong Pil pun menyuruhnya untuk tidak usah berbohong lagi. Gong Pil kemudian mengungkapkan kalau dia sudah tahu, selama ini Dal Po menyembunyikan rahasia tentang dirinya dan berpura2 menjadi anak Gong Pil demi kebaikan Gong Pil. Tentu saja Dal Po terkejut mendengarnya.
Tepat disaat itu bis datang dan merekaa pun langsung masuk. DI dalam bus, Dal Po duduk jongkok didepan ayahnya dan bertanya berapa lama dia tahu tentang siapa Dal Po sebenarnya. Gong Pil menjawab kalau dia sudah tahu sejak setahun setelah mereka tinggal bersama.
“Lalu kenapa kau tidak mengatakan apa2?” tanya Dal Po dan meneteskan airmatanya.
“Karena jika aku tahu, aku takut Dal pyeong akan mengusirmu. Pada awalnya.... aku terus menipumu karena aku kasihan padamu. Tapi sekarang, aku terus menipu karena aku kasihan pada diriku sendiri yang menginginkanmu. Jadi... kau bisa berhenti mengkhawatirkan aku sekarang.... dan mulai menjalani hidupmu seperti yang kau inginkan,oke?” ucap Gong Pil dan membelai kepala Dal po. “Wajah tampanmu.... dan otak cerdasmu... kau tidak perlu menyembunyikannya lagi. Tidak apa2 bagimu untuk menjalani hidupmu keluar di tempat terbuka, jika kau menginginkannya. Oke? Karena aku baik2 saja.” Tambah Gong Pil. Dal Po menangis dan langsung masuk ke dalam pelukan Gong Pil, mereka berdua menangis bersama.
Sesampainya di rumah, Dal Pyeong bertanya ‘Siapa kau?’ pada Dal Po.
Mendapat pertanyaan seperti itu Dal Po bingung menjawabnya sehingga Gong Pil lah yang menjawabnya.
“Apa? menurutmu siapa? Ini kakakmu.” Jawab Gong Pil dan Dal Pyeong langsung terkejut.
Tepat disaat itu In Ha keluar dari kamarnya dengan membawa cemilan yang di letakkan di topi swetternya. In Ha langsung terperangah pada perubahan tampilan paman bohongannya itu.
“Siapa ini! Pamanku sudah berubah!” ucap In Ha girang dan Gong Pil langsung berkata kalau In Ha dan Dal Pyeong harus lebih menghormati Dal Po lagi. Gong Pil menambahkan kalau ketampanan Dal po bisa mengalahkan dua aktor sekaligus. Mendapat kode dari ayahnya, Dal Po pun ikut mengiyakan apa yang dikatakannya dengan bergaya bak model yang tampan. Melihat itu, In Ha malah ketawa terbahak-bahak. Melihat In Ha yang berpakaian sweater terbalik dengan makanan di depannya, Dal pyeong lagi2 teringat pada kata2nya sendiri kalau putrinya itu lebih cantik dan lebih penting dari siapapun di dunia ini. Dal Pyoeng terlihat malu pada apa yang dia katakan sendiri, karena penampilan In Ha tidak ada cantik-cantiknya.
Sambil makan, In Ha memuji penampilan baru Dal Po dan berkata kalau seharusnya dari dulu saja Dal Po mengubah tampilannya. In Ha juga mengatakan kalau pakaian Dal Po luar biasa. Mendengar itu Dal Pyeong langsung memotong dengan mengatakan kalau pakaian In Ha sendirilah yang sangat luar biasa.
“Apa kau mendapatkannya dari tempat sampah? Sweater seperti itu sudah layaknya dibuang. Tampak seperti akan membusuk.”ucap Dal Pyeong dengan kesal dan pergi.
“Apa yang salah dengan ini? Kau yang memberikannya sebagai hadiah kelulusan.” Jawab In Ha dan mengejar ayahnya.
“Benarkah? Kalau begitu, akulah yang bodoh. Aku hanya tidak menyadari kalau kau akan memakainya setiap hari selama hidupmu. Buang saja!” teriak Dal Pyeong. Melihat pertengkaran ayah dan anak itu, Gong Pil bergumam kalau mereka mulai bertengkar lagi dan diapun mengajak Dal Po pergi.
Sambil makan camilannya dan menatap aneh pada ayahnya, In Ha berkata kalau ayahnya ini sangat aneh. Karena bulan lalu, ayahnya berkata kalau In Ha lebih cantik dari Miss Korea. Dal Pyeong beralasan kalau saat dia mengatakan hal itu, dia sedang mabuk dan tidak sadar pada apa yang dia ucapkan.
“Ada kebenaran dalam anggur. Kau bilang aku begitu cantik dan tidak akan ada yang bisa mengalihkan pandangannya dariku.”
“KAU JELEK! KAU JELEK!” teriak Dal Pyeong kesal. “Bahkan debu dimata sakit, jadi berpikir kau menempel di mataku! Lihat saja dirimu, kau terlihat lebih seperti binatang,bukan manusia.”
“Apa kau ada masalah denganku?”
“Jika kau terus bertindak begitu ceroboh, dan berjalan di sekitar sini seperti yang kau lakukan. Bagaimana jika misalnya Dal Po berpikir kau murahan dan mulai melakukan sesuatu?”
“Apa?Ayah, kau tidak... itu konyol!” bantak In ha.
“ Ini tidak konyol. Ketika melihat seorang gadis sepertimu, maka seorang pria tidak akan menganggapnya serius dan menganggapnya murahan. Dan seperti itulah dirimu. Aku sudah bekerja terlalu keras untuk membesarkanmu dengan benar dan melihatmu dengan bajingan seperti Dal Po.” Ucap Dal Pyeong blak-blakan tentang perasaan tidak sukanya pada Dal Po. In Ha dengan santai menjawab kalau hal itu tidak akan mungkin terjadi karena In Ha menganggap kalau Dal Po tidak pernah menganggapnya sebagai seorang wanita, begitu juga dengan dirinya, dia tidak pernah menganggap Dal Po sebagai pria, dia hanya menganggap Dal Po sebagai pamannya. Jadi dia meminta ayahnya untuk tidak mengkhawatirkan hal2 yang tidak penting seperti itu. tanpa keduanya sadari, Dal Po mendengar pembicaraan mereka dan dia terlihat kecewa.
Saat In Ha hendak kembali kekamarnya, dia berbalik lagi karena teringat ayahnya menyebut Dal Po bajingan. “ayah,mari kita luruskan satu hal. Dal Po bukanlah tipe pria seperti yang kau katakan. Meskipun aneh aku mengatakan ini, Dal Po cukup cerdas untuk mencapai sesuatu hanya dalam satu bulan, yang bahkan belum kucapai dalam 3 tahun. Tidak ada seorangpun di kelompok usia kami yang bekerja sekeras dan sejujur Dal Po. Dengan ketampanan Dal Po, kepribadian dan otaknya, dia bukan hanya salah satu dari yang terbaik, tapi dia diatas satu persen dari seorang pemenang. Dan tentu saja, aku diperingkat tertinggi!” ucap In Ha tak mau kalah, dan kata2 In Ha membuat ayahnya geregetan sampai2 dia mencubit bibir In Ha.
Dal Po sudah berganti pakaian dan dia memilih untuk melanjutkan bacaannya daripada memikirkan In Ha. Sampul yang membungkus buku tentang jurnalistik akhirnya dibuka oleh Dal Po, karena sekarang dia tidak perlu menyembunyikannya dari ayahnya lagi.
In Ha sudah berada di kamarnya dan dia masih menggerutu karena ayahnya mengira ada hubungan diantara dia dan Dal Po. Namun In Ha tidak bisa membuang ingatan itu dari kepalanya dan malah membuatnya kepanasan. Berbeda dengan In Ha, Dal Po bersikap biasa saja dan dia tetap fokus pada membacanya.
[Satu bulan kemudian]
Seorang reporter dari YGN bersiap melakukan siaran untuk mengumumkan tentang pencarian reporter. Karena yang di shoot hanya bagian badannya saja, jadi reporter itu hanya terlihat rapi di bagian atasnya saja, bagian bawahnya dia hanya mengenakan celana traning. Sebelum siaran itu di mulai, reporter protes dengan bertanya, “Kau menyebut ini berita? Bagaimana mungkin salah satu dari karyawan pemula melakukan ini? Dua minggu berturut2? Apa smeua orang sudah gila?”
“Mulai bulan depan, Berita MSC akan bersaing pada pukul 10.00 slot waktu kita. Jadi produsen mencoba untuk menemukan bintag baru.” Jawab kameramen wanita.
“kenapa merek tidak mengadakan audisi seperti K-Pop Star saja? Apa mereka bahkan tidak malu dengan kualitas berita yang mereka siarkan?” ucap sang repoter dengan kesal. Si kameramen menge-shoot bagian kepala si reporter dan menangkap bando hitam yang sedang dikenakan si reporter. Kameramen menyuruhnya untuk melepaskan bando itu, namun si reporter menolak karena dia sengaja menggunakan bando itu agar alisnya terlihat dan dia terliat berwibawa.
“kau tidak berwibawa, kau hanya keras kepala.” Ucap si kameramen dan langsung melepas bando si reporter dan merapikan rambutnya. “Itulah sebabnya semua orang tak suka padamu. Berhenti dengan omong kosongmu, dan selesaikan ini!” ucap kameramen kesal.
Tes seleksi pun dimulai, selain In Ha dan Dal Po, kedua tokoh utama drama ini juga ikut dalam seleksi, mereka adalah Bum Joo dan Yoo Rae. Ternyata direksi MSC juga melihat berita tentang audisi pencarian reporter itu dan saat TV distop, gambar tepat memperlihatkan In Ha yang sedang menjadi salah satu peserta dan Cha Ok melihatnya. Direksi MSC berkumpul untuk membicarakan acara yang akan mereka tayangkan pada pukul 10.00 untuk menandingi acara dari YGN yang juga akan ditayangkan pada jam yang sama.
Semua peserta audisi sedang sibuk berlatih membaca naskah berita. Begitu juga In Ha, dia hampir frustasi karena selalu salah sebut YGN menjadi MSC. Dal Po melihat In Ha masih mengunakan jimat kancing darinya.
“Kenapa kau tidak melepas kalungmu?” tanya Da Po dan In Ha pun bertanya kenapa dia harus melepasnya. Dal Po menjawab kalau dia tidak berpikir mimpi yang dia impikan malam itu adalah mimpi yang baik, karena ketika In Ha menngenakannya saat wawancara di MSC, In Ha gagal lolos audisi.
‘Itu adalah mimpi yang baik. Berpikirlah seperti itu, karena berkat mimpimu, ayahku memberikan izin untuk ikut audisi. Dan kita berdua berhasil melewati tes tertulis dan tes wawancara juga.” Ucap In Ha dan kemudian berbisik pada Dal Po kalau semua orang di tempat ini tidak ada yang tahu kalau dia adalah orang yang mengidam sindrom pinokio. Karena In Ha tak mau melepaskan kalungnya, jadi diapun membiakan In ha memakainya.
Tes pertama yang harus mereka lewati adalah tes berbicara lisan di depan kamera. Tepat disaat itu reporter yang sebelumnnya melakukan siaran, muncul dan memanggil peserta yang mendapat giliran. Keempat tokoh utama kita mendapat tes bersamaan dan ditambah satu orang lagi.
Yoo Rae melihat In Ha dan mengatakan kalau mereka sepertinya pernah bertemu sebelumnya. Namun In Ha tidak mengingatnya jadi dia berkata kalau Yoo Rae pasti salah orang. Setelah In Ha berjalan pergi, Yoo Rae berpikir kalau dia sangat yakin pernah bertemu dengan In Ha dan akhirnya dia ingat kalau dia pernah melihat In Ha saat audisi di MSC.
Yoo Rae bediri di samping In Ha dan dia terus memperhatikan In Ha yang sedang berlatih membaca berita. Dilihat seperti itu oleh Yoo Rae membuat In Ha tidak nyaman, namun dia tetap meneruskan latihannya.
“Pekerja keras, lawan yang tangguh dan tidak ada tanda-tanda intimidasi apapun.” Gumam Yoo Rae pada dirinya sendiri sambil melihat In Ha.
In Ha lalu menoleh lagi ke arah Yoo Rae, namun Yoo Rae sudah mengalihkan pandangannya. Mata In Ha lalu mengarah pada Bum Jo yang juga melihat kearahnya. Bum Jo juga tersenyum pada In Ha. Dal Po yang kebetulan berdiri disamping Bum Jo, melihat Bum Jo tersenyum pada In Ha dan tentu saja itu membuat Dal Po tidak senang. Tiba2 Bum Jo mengagetkan semua orang dengan bersinnya yang super keras. Dan setelah bersin, dia kembali tersenyum pada In Ha, hal itu membuat In Ha kebingungan.
[Lima jam yang lalu]
Dalam perjalanan menuju YGN, Bum Jo mengendarai mobil sambil menelpon ibunya. Dia berkata pada ibunya kalau dia akan dengan cepat mengenali In Ha karena In Ha pernah mengirim fotonya. Saat ibunya bertanya apa Bum Jo yakin In ha lulus tes seleksi, Bum Jo baru sadar kalau dia tidak memikirkan hal itu karena terlalu bersemangat memikirkan akan bertemu dengan In Ha.
“Apa yang akan kau lakukan? Ingin aku memeriksanya untukmu?” tanya sang ibu.
“Kau akan melakukannya? Karena jika dia tidak lulus, maka tidak ada alasan bagiku untuk pergi.” Ucap Bum Jo dan ibunya berkata kalau dia akan memeriksanya.
Bum Jo melihat ke arah bis yang berhenti tepat di samping mobilnya dan dia langsung tersenyum senang saat melihat In ha berada di dalam bis itu. Dia pun berkata pada ibunya untuk tak perlu memeriksanya lagi karena dia sudah tau kalau In Ha lolos tes seleksi.
Agar bisa melihat In Ha dengan jelas, Bum Jo langsung membuka jendela dan atap mobilnya. Sambil terus menatap ke arah In Ha dan tersenyum, Bum Jo menjalankan mobilnya berdampingan dengan bis yang In Ha tumpangi.
Semua penumpang bis melihat ke arah Bum Jo termasuk In Ha dan Dal Po. Penumpang lainnya bertanya2 apa Bum Jo tidak kedinginan mengendarai mobil dengan tanpa atap seperti itu. In Ha dan Dal Po menyadari kalau Bum Jo terus melihat ke arahnya, dan Dal Po pun bertanya apa In Ha mengenalnya. In Ha menjawab tidak.
Tiba2 Bum Jo mengedipkan matanya dan itu membuat In Ha terkejut. Dal Po tentu saja tak terima In Ha diperlakukan seperti itu oleh orang yang tak di kenal. Diapun langsung menarik In Ha dan menyuruhnya berdiri di belakangnya.
0 komentar:
Posting Komentar