Dal Po berlari untuk merawat Kakek yang pingsan, dan mengatakan kepada Ayah bahwa Kakek tidak memiliki Alzheimer. Dokter mengatakan itu adalah kondisi yang terkait dengan trauma dan memorinya berhenti. Setiap kali ia mencoba untuk mendamaikan masa lalu dan sekarang, itu terlalu berat baginya dan ia pingsan. Ayah berpendapat bahwa mereka tidak dapat membiarkan orang asing berpura-pura menjadi anak Kakek hanya untuk menjaga dia dari pingsan, dan Dal Po bertanya mengapa tidak: “saya butuh seorang ayah, dan ia membutuhkan seorang putra.”
Bahkan, Kakek sudah mengadopsinya sebagai anak sulungnya, dengan bantuan walikota setempat. Dal Po mengatakan ia tidak memiliki keluarga dan Kakek hanya akan terus pingsan seperti ini, “jadi apa yang salah dengan sedikit berbohong?!” Dal Po meminta untuk berpura-pura menjadi anaknya dan meminta untuk diizinkan tetap tinggal di sana hanya sampai kondisi Kakek membaik.
Saat makan malam, Kakek terjaga dan merasa lebih baik. Dal Po menggambarkan sistem kuadran bernomor pada jaket Kakek ketika menggaruk punggungnya. Mereka begitu manis bersama-sama, dan kita melihat hati Ayah melunak. Dia bertanya kepada In Ha apakah dia bisa menyebut anak itu sebagai pamannya, dan In Ha balik bertanya bagaimana dia bisa melakukan itu ketika Dal Po begitu kecil (Kekeke, saya setuju). Ayah membalas bahwa ia harus memanggilnya hyung.
Ayah penasaran apakah In Ha dapat mengatur untuk mengatakan itu tanpa cegukan, dan dia bilang dia bisa karena secara hukum negara, dia pamannya. Mereka setuju untuk bersandiwara bersama untuk saat ini, percaya bahwa Kakek akan menjadi lebih baik dalam waktu singkat, dan kemudian mereka dapat mengirim Dal Po ke panti asuhan.
Ayah menangkap In Ha melihat penuh kerinduan ke arah TV, dan dia membentak kepadanya bahwa TV tidak bisa digunakan di sini, jadi dia harus mengeluarkan mimpi untuk melihat Ibu melalui TV dari kepalanya. Dia cemberut dan keluar tanpa makan, dan berbohong bahwa dia tidak lapar.
Pada waktu Dal Po duduk di depan api unggun malam itu, ia berpikir kembali ke malam di tebing itu, saat Ibu mengatakan bahwa ia tahu di mana Ayah dan bahwa mereka akan pergi kepadanya. Dia bertanya seperti biasa, apakah itu bohong, dan Ibu bersumpah itu benar. Dia berlinang air mata di masa sekarang, menyebut Ibunya pembohong. Kemudian menambahkan bahwa dia tidak berbeda dari Ibu pada saat ini.
In Ha datang dengan mencium aroma ubi jalar yang dia masak, dan mengatakan kepadanya bahwa dia akan memanggilnya Paman di depan Kakek, tetapi di tempat lain namanya “Hey Kamu”. Dia menyebut Dal Po hiu pengisap, menggambarkan sebuah parasit yang makan dari orang lain, tapi kemudian Dal Po memiliki waktu menyenangkan, menangkap basah In Ha berbohong (karena dia mulai cegukan), mengataka dia tidak lapar dan menunjukkan bahwa In Ha yang makan makanan orang lain.
Dia mendesah dan mengakui bahwa Dal Po benar, yang membuat Dal Po terkejut. Tapi dia mengatakan dia memiliki sindrom Pinocchio, dan bahwa tidak peduli betapa menjegkelkannya bahwa Dal Po benar, dia tidak bisa berbohong. Dia menangkap Dal Po menatapnya dan bertanya terang-terangan jika Dal Po pikir dia cantik, dan Dal Po menjawab sama blak-blakannya bahwa dia cantik.
Dia mengibaskan kepang rambutnya dan mengatakan dia keturunan dari seorang ibu yang cantik, yang ada di TV sepanjang waktu. Dia merindukannya seperti orang gila dan tidak ingin apapun kecuali untuk dapat melihat Ibunya di TV. Tapi TV rusak dan Ayah tidak akan memperbaikinya.
Keesokan paginya, Dal Po meraih gantungan kawat dari jemuran. Dia membuat antena baru dan naik ke atap untuk memasangnya. Antenanya sangat lucu karena berbentuk seorang gadis kecil dengan kuncir. Dia merasa puas bahwa ia mampu melakukan sesuatu yang baik untuk In Ha.
In Ha saat ini mengirim SMS rahasia untuk Ibu menggunakan ponsel Ayah ketika dia keluar. Isi SMS-nya tidak lain tentang bagaimana dia membenci pulau terpencil itu tapi berpikir dia menemukan seseorang untuk tumbuh bersama. Dal Po datang dengan berita bahwa ia telah memperbaiki TV untuknya. In Ha bergembira dan Dal Po menawarkan untuk memberinya tumpangan di bagian gerobak yang melekat pada sepeda. Hanya saja, begitu In Ha naik, Dal Po tidak bisa menggerakkan sepeda satu inci pun karena In Ha lebih tinggi dari dia. Kekeke. Ternyata laki-laki itu, anak-anak maupun dewasa, selalu ingin tampak gagah di hadapan perempuan. Apalagi perempuan yang dia sukai.
Dia mencoba untuk bersikap tenang dengan mengusulkan jalan kaki saja, dan In Ha tertawa. Saat mereka berjalan pulang, In Ha bertanya ia mirip ibunya atau ayahnya, dan Dal Po mengatakan Ayah. Dia bertanya-tanya orang macam apa ayahnya, dan menebak bahwa dia tidak terlalu tampan, tapi suka membantu orang lain dan menyombongkan hal itu, dan bahwa ia adalah orang yang baik.
Dal Po kaget karena In Ha tidak cegukan setelah itu, dan tiba-tiba berdiri berjinjit untuk memberinya ciuman di pipi. Dal Po mengatakan bahwa selama enam bulan terakhir, dia hidup hanya mengatakan kebohongan, karena itu yang terbaik untuk dia dan Kakek. “Tapi kejujuran adalah sepuluh kali lebih menyenangkan daripada kebohongan, seperti hal yang baru saja kau katakan.”
Mereka pulang dan menyalakan TV, dan In Ha tidak sabar ingin melihat Ibu. Dia mengingatkan Dal Po tidak boleh mengatakan apa-apa tentang hal ini kepada Ayah, karena ia akan datang ke sini dan menghancurkan TV jika ia tahu. Ayah benci berbicara tentang Ibunya, dan bahkan tidak membiarkan In Ha meneleponnya.
Dia melihat Ibu muncul di segmen berita berikutnya dan mendekapkan kedua tangannya, mengagumi. Dal Po melihat ke arah TV dan wajahnya membeku karena yang dia lihat tidak lain adalah reporter Song Cha Ok, wanita tak berperasaan yang merubah keluarganya menjadi sampah masyarakat demi rating. Trauma masa lalu tampak di matanya, dan dia berjalan keluar ketika In Ha memeluk TV, senang walau hanya melihat sekilas ibunya.
Ketika terdengar suara MC acara kuis mengatakan bahwa kadang-kadang dunia tampaknya benar-benar kecil, Dal Po keluar dan melihat ke arah antena TV yang dia perbaiki. Ketika Ayah datang dan bertanya di mana In Ha, Dal Po mengatakan bahwa dia ada di dalam menonton berita, dan bahwa dia menelepon ibunya juga.
Ayah bergemuruh masuk ke dalam ruangan dan mulai menghancurkan TV. In Ha menangis memintanya untuk berhenti. Dia berlari ke arah Dal Po, memanggilnya Paman, dan memohon dia untuk menghentikan Ayah. Tapi Dal Po dengan dingin mendorong In Ha dan bertanya mengapa ia harus melakukan itu.
MC acara kuis melanjutkan, mengatakan bahwa beberapa orang menyebut ini takdir, apakah hubungan untuk lebih baik atau lebih buruk …
Kita kembali ke masa kini, ketika MC menjelaskan fenomena ini sebagai enam derajat pemisahan, dan memberikan Dal Po pertanyaan kuis terakhirnya untuk memenangkan tahap ini: Apa nama aktor Amerika yang namanya dikaitkan dengan konsep ini? Dal Po memberikan MC senyum dan jawaban: “Kevin Bacon.”
In Ha senang Dal Po menang, sementara teman sebangkunya mengatakan bahwa Dal Po hanya beruntung pada babak ini. Pembelaan In Ha membuat teman-temannya curiga dan bertanya apakah In Ha suka Dal Po.
In Ha mengingatkan mereka bahwa dia pamannya, tapi semua orang tahu mereka tidak memilki hubungan darah. Teman sebangkunya itu memaksa In Ha untuk menjawab bagaimana perasaannya terhadap Dal Po, sebagai seorang pria. In Ha mengatakan dia tidak menyukainya, dan semua orang menunggu cegukan… tapi tidak terjadi. in Ha tampak lega.
Di tempat lain, Hyung – nama lengkap Ki Jae Myung (Yoon Kyun Sang) – telah dewasa, dan bekerja paruh waktu sebagai pengantar air. Dia berjalan melewati deretan TV di sebuah toko elekronik dan berhenti di depan siaran Dal Po. Dia berbalik dan mendekat perlahan. Dal Po melihat ke kamera, seolah-olah balas menatap Hyung.
Tetapi ketika kita kembali ke arah Hyung, kita melihat bahwa acara TV yang menarik perhatiannya bukanlah Dal Po di acara kuis, tapi berita MSC dengan reporter Cha Ok. Matanya penuh dengan kepahitan, saat ia berdiri di antara dua TV, terpaku pada Cha Ok dan benar-benar kehilangan adiknya yang sudah dekat, tampak melihat ke arahnya. Putaran berikutnya dari acara kuis dimulai, dan In Ha menyatakan dengan keyakinan bahwa Dal Po akan menang.
0 komentar:
Posting Komentar