Setelah sukses dengan Jomblo dan
Gege Mengejar Cinta yang full komedi dan sangat lucu, jujur gue sedikit kecewa karena buku-buku berikutnya (Mencoba Sukses dan Catatan Mahasiswa Gila) karena tidak sesuai dengan ekspetasi gue. Jadi ketika Kang Adhit ini menelurkan sebuah buku baru, ketika akan membaca buku ini, gue agak menurunkan ekspetasi juga.
Untuk resensi ceritanya sendiri, Sabtu Bersama Bapak bercerita tentang Satya, Cakra dan Bu Itje, ibu mereka yang harus menjalani hidup setelah kepergian sang Bapak, Gunawan Garnida (namanya mengingatkan dengan tokoh utama GMC, Geladi Garnida) yang meninggal ketika Satya dan Cakra masih kecil. Namun kepergian sang Bapak tidak hanya meninggalkan nafkah lahir untuk keberlangsungan hidup, namun juga sebuah sebuah bekal dalam menjalani hidup untuk Satya dan Cakra.
Bekal itu berupa video dari cerita Sang Bapak sambil menyelipkan pesan-pesan kehidupan sebagai panduan dalam menjalanii hidup untuk kedua anaknya. Setelah kepergian Sang Bapak, setiap sabtu mereka menonton video-video tersebut.
Kehidupan Satya, Cakra, Bu Itje dan bekal dari Bapak itulah yang menjadi plot cerita utama dalam buku ini.
Mungkin sama seperti kalian, awalnya gue mengira ini adalah sebuah novel bergenre keluarga untuk pembaca berumur 30 tahun keatas yang sudah berkeluarga.
Tapi ternyata gue salah.
Tapi bukan berarti semua cowok selalu salah. Remember that, Girls! *lah kok larinya ke situ?*
By the way, Selain sebuah plot utama yang gue sebutkan di atas, di buku ini juga ada sub plot yang bercerita tentang kehidupan masing-masing tokoh utama yaitu Satya, Cakra dan Bu Itje.
Cerita Satya bersama istri dan anak-anaknya, yang cocok untuk pembaca newly weds ataupunnewly parents.
Cerita Cakra yang berusaha mendapatkan jodoh, cocok untuk pembaca usia muda yang masih sedang berusaha mencari pasangan.
Cerita Bu Itje, cocok untuk para orang tua yang anaknya beranjak dewasa.
Dengan apik, Kang Adhit membungkus beberapa sub-plot tersebut menjadi sebuah novel dengan plot utuh dan saling berkaitan.
Dengan alur cerita bergaya flashback, Kang Adhit membuat kita selalu bertanya-tanya di setiap halaman, kejadian apa yang terjadi dahulu yang dialami oleh sang Bapak sehingga plotnya kok begini dan begitu.
Sejak novel pertama Kang Adhit yaitu Jomblo, gue langsung menyukainya karena novel-novel tersebut ceritanya bisa relate ke gue.
Gue pernah merasakan menjadi jomblo yang tidak berani mengatakan cinta seperti Olip di novel Jomblo.
Gue juga pernah merasakan bagaimana harus memilih orang yang mencintai kita atau kita cintai seperti Gege dalam GMC.
Dan ketika membaca Sabtu Bersama Bapak, gue merasakan bagaimana rasanya menjadi Satya dan Cakra sekaligus.
Gue tahu rasanya menjadi Cakra. Seorang pria yang sudah cukup lama bekerja, usia sudah cukup namun lama menjomblo dan belum menikah juga. Pertanyaan kapan nikah dan tawaran dari sang mamah buat dikenalkan dengan anak gadis temannya ataupun perjodohan yang dilakukan oleh teman-teman kantor pernah menjadi makanan sehari-hari gue.
Walaupun gue masih calon Bapak, tapi gue juga memahami apa yang dialami Satya dalam membangun sebuah keluarga dan mendidik anak. Membaca cerita Satya dan pesan cerita yang ingin disampaikannya, membuat gue menjadi berpikir ulang bagaimana gue akan membesarkan anak-anak gue nantinya.
Sabtu Bersama Bapak menurut gue sebuah novel yang komplit.
Bagi yang kangen dengan gaya tulisan Kang Adhit yang lucu cerdas dalam Gege Mengejar Cinta, akan didapati dalam cerita tentang Cakra. Kalau dalam buku Mencoba Sukses gue hanya tersenyum tipis, namun jokes khas dari Kang Adhit sukses membuat gue tertawa seperti dulu membaca Jomblo dan GMC.
Sementara cerita-cerita lainnya penuh dengan pesan-pesan hidup yang penuh arti, dari mulai hal sederhana seperti cara mendekati wanita sampai hal kompleks seperti bagaimana mendidik anak. Beberapa part bahkan membuat gue meneteskan air mata.
Sebuah twist di akhir cerita membuat novel ini terasa berbeda.
Pesan utama buku ini, agar kita bisa bermanfaat untuk orang lain, sungguh suatu tulisan yang jarang didapat dari sebuah novel, yang biasanya cuma ada di buku motivasi.
“Dia percaya bahwa manusia ditempatkan di dunia utuk membuat dunia lebih baik untuk sebagian orang lain. Jika pun seseorang berguna bagi 1-2 orang, orang itu sudah membuat dunia ini jadi tempat yang lebih baik. SBP – Hal 30.”
Seperti yang sudah gue tulis di atas, Sabtu Bersama Bapak, meskipun judulnya terkesan sepertiParenting Guides Book, tapi adalah buku untuk dibaca semua orang.
Untuk kamu, seorang anak yang ingin belajar berbakti kepada orang tuanya.
Untuk kamu, para remaja yang ingin belajar mendekati wanita.
Untuk kamu, yang ingin mencari pasangan hidup.
Untuk kamu, pasangan baru yang baru belajar menjadi suami istri.
Untuk kamu, suami yang ingin membahagiakan istri, dan istri yang ingin membahagiakan suami.
Untuk kamu, orang tua yang ingin belajar bagaimana membesarkan anak.
Untuk kamu, pecinta novel komedi ataupun novel romance.
0 komentar:
Posting Komentar